PAROKI
BEATO DAMIAN MERUPAKAN KELUARGA ALLAH
Oleh:
Pastor Felix Supranto, SS.CC
Pastor
Kepala Paroki Periode 2002-2004
Keluarga
adalah suatu himpunan orang yang saling mengenal,
mencintai, membantu, dan melayani. Didalam keluarga
itu perlu suatu rumah dimana mereka bisa berkumpul
untuk makan bersama, berdiskusi bersama, dan berdoa
bersama. Didalam umat beriman, orang mencari dan mencoba
menjadi anggota keluarga yang didasarkan pada iman.
Gereja
Perantauan
Kita
akui bahwa umat paroki Beato Damian adalah kira-kira
70% orang-orang muda yang datang untuk mencari kerja.
Mereka datang dengan berbagai persoalan dan harapan.
Mereka kadang-kadang merasa sendirian, tanpa adanya
saudara.
Keadaan
ini membuat mereka pertama-tama mencari gedung Gereja
dimana mereka bisa berdoa dan bertemu teman. Mereka
pertama-tama tidak peduli Gereja itu termasuk Gereja
Kristen yang mana. Bagi mereka pergi ke Gereja merupakan
suatu hiburan dan suatu tempat untuk menumpahkan segala
persoalan dan harapannya kepada Tuhan. Sambil berjalan
mereka mencari informasi dimana ada gedung Gereja
Katolik.
Setelah
menemukan Gereja Katolik, mereka menjadikannya rumah
dimana mereka bisa datang dan membentuk persahabatan
serta persaudaraan. gereja dalam arti gedung bukan
hanya suatu tempat untuk berdoa, tetapi juga untuk
membangun suatu keluarga dan para Pastor dianggap
sebagai orang rua mereka yang mau mengerti dan mendampingi.
Merekapun merasa bahwa Pastoran dan gereja menjadi
rumah mereka yang harus mereka rawat dan jaga. Karena
itu, perlu adanya wajah-wajah yang ramah dan yang
selalu siap menerima mereka. Kalau tidak ada keramahan
didalamnya, umat tidak akan merasa lagi menjadi bagian
dalam keluarga itu. mereka mungkin akan mencari suatu
tempat dimana mereka merasa diterima dan dijadikan
saudara.
Keinginan
dan kerinduanuntuk membangun persaudaraan dengan saudara-saudara
seiman yang terdekat dalam sebuah gedung Gereja menjadikan
paroki sebuah keluarga Allah. Keinginan dan kerinduan
ini membuat umat membangun komunitas-komunitas kecil
dalam lingkup paroki yang terungkap dalam 40 organisasi
dan aktivitas-aktivitas pelayanan. Didalam komunitas-komunitas
itu umat merasakan sentuhan persaudaraan yang mereka
rindukan ditempat perantauan. Mereka saling mengilhami,
tetapi tanpa memaksa. Keterikatan ini sangat terasa,
terhayati, dan tertanam dalam hati. kondisi ini membuat
umat yang masuk dalam organisasi dan perkumpulan aktivitas
tersebut lebih mudah membina diri dalam kebersamaan.
Pengalaman
akan sentuhan persaudaraan ini membuat umat melihat
keterbukaan hati terhadap kebutuhan sesama. Mereka
berusaha membagikan pengalaman dicintai ini dengan
merangkul sesamanya yang juga membutuhkan cinta. Ini
terbukti banyaknya paguyuban-paguyuban kaum muda di
kelompok-kelompok basis teritorial. Banyak umat juga
terlibat dalam pengajaran-pengajaran bina iman anak,
baik tingkat paroki atau kelompok-kelompok. Mereka
rela memberikan waktu dan uang untuk membantu orang
tua anak-anak di kelompok-kelompok dimana mereka tidak
mampu membawa anak-anak mereka kegereja karena mahalnya
transportasi dengan mendatangi mereka guna membina
iman. Ini kelihatan dengan banyaknya kelompok bina
iman anak.
Tumbuhnya
komunitas-komunitas kecil dalam tingkat paroki ini
membuat Gedung Gereja bukan suatu bangunan yang rapuh
tanpa isi. Sebaliknya, gedung Gereja menjadi suatu
tempat yang memancarkan cinta sehingga orang tertarik
dan kerasan tinggal didalamnya. Gedung Gereja menjadi
suatu rumah dimana banyak anak-anak dengan berbagai
macam sifat dan latar belakang hidup bersama dalam
pelayanan dan pengertian. Banyak anak akan berkembang
karena pendidikan didalam rumah yang baik ini. Gereja
Beato Damian menjadi suatu rumah dimana mempunyai
halaman yang terdiri dari berbagai macam jenis pepohonan
yang subur dan memberikan kesejukan sehingga banyak
orang ingin berteduh didalamnya. Ini dapat diterjemahkan
bahwa gedung Gereja dan halamannya merupakan sebuah
rumah yang terdiri dari komunitas-komunitas persaudaraan
dan aktivitas-aktivitas pelayanan mengundang orang
untuk bergabung didalamnya.
Ide
Paroki sebagai keluarga Allah ini muncul dari cara
hidup umat perdana (Kis. 2:41-47). Para umat dalam
Kisah Para Rasul ini bertekun dalam pengajaran para
rasul dan dalam persekutuan, selalu berkumpul untuk
memecahkan roti dan berdoa, berbagi milik, dengan
sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait
Allah, dan mereka menjadi saksi Kristus.
Bagaimana
fungsi para Pastor dan Dewan Pastoral Paroki. Para
pastor dan Dewan Pastoral Paroki hendaknya mengubah
mental dari suatu jabatan boss yang tinggi, yang selalu
mengatur, dan memerintah, ke suatu mental "berjalan
bersama dengan umat". Umat sudah bosan dalam
hidup seharian yang selalu diatur, diperintah, dan
dipaksa. Mereka membutuhkan imam dan Dewan Pastoral
Paroki yang mendampingi, mengayomi, dan mendukung
mereka. Ini sangat jelas dengan ceritera sebagai berikut.
Ada seorang pastor Paroki yang setiap hari menaiki
menara gereja yang tinggi untuk lebih dekat dengan
Tuhan. Suatu hari ketika sedang menaiki menara ini,
ia mendengar suara Tuhan yang berkata: "Mengapa
engkau bersusah payah menaiki tangga menara itu?"
Jawab pastor itu : "Aku mencari Engkau, Tuhan."
Tuhan menjawab : "Mengapa engkau mencari Aku
ditempat yang tinggi ? Aku ada dibawah sini, ditengah
umatmu. Kalau engkau ingin menemukan Aku, turun dan
bersamalah mereka." Jadi, Para Pastor dan Dewan
Pastoral Paroki yang tanpa keramahan, senyuman, dan
keikhlasan untuk bersama dengan umat, baik dalam kedukaan
dan kegembiraan akan merusak suatu komunitas dan bukan
memperkokoh bangunan.
Komunitas
Basis Gerejani
Ide
paroki sebagai Keluarga Allah merupakan langkah awal
umat untuk memperkuat Komunitas Basis Gerejani sesuai
dengan situasi umat perantauan. Sebagai umat perantauan
yang banyak tidak mempunyai tempat tinggal tetap,
yang pertama mereka kenal bukan kelompok dimana mereka
berada, tetapi gereja yang paling dekat. Didalam Paroki
itulah mereka telah memperoleh pembinaan dan melatih
diri dalam hidup persaudaraan sehingga mereka lebih
siap dan tangguh dalam Komunitas Basis Gerejani. Yang
penting semua pihak hendaknya selalu menanamkan pengertian
arah Paroki sebagai Komunitas Basis Gerejani kepada
anggota komunitas-komunitas kecil tingkat paroki itu.
Artinya : Kita hendaknya mengubah spiritualitas Bapa
yang baik dalam konsep Keluarga Allah menjadi Bapa
yang menyelamatkan secara holistik (menyeluruh). Allah
menyelamatkan manusia dalam segala segi kehidupan
perorangan dalam suatu komunitas. Keselamatan itu
diperoleh melalui Salib seperti Yesus sendiri telah
memberikan contoh yang baik. Jadi, beberapa tahun
kemudian, Komunitas Basis Gerejani di Paroki Beato
Damian akan dibangun dengan bahan-bahan bangunan yang
kokoh dari orang-orang yang telah bergabung dengan
komunitas-komunitas tingkat paroki.
Batam,
01 januari 2002
(
Petikan dari BUKU PETUNJUK PAROKI BEATO DAMIAN BATAM
TAHUN 2002 )